Rabu, 27 April 2011

Demi selembar kertas

DEMI SELEMBAR KERTAS
Oleh : Ade Sutarya
Mahasiswa Teknik Informatika Pranata Indonesia


Ketika dikatakan untuk apa Anda kuliah? Sebagian orang bingung dengan pertanyaan ini dan harus menjawab apa. Pertanyaan yang sederhana ini ternyata menuai jawaban yang sulit untuk diungkapkan walaupun sudah terpikirkan dibenak kepala tetapi sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Jawaban untuk pertanyaan ini bermacam-macam, sebagian orang mengatakan saya kuliah agar pintar, sebagian lagi mengatakan yang penting dapat selembar kertas Sarjana, sebagian lagi mengatakan agar posisi jabatannya naik, sebagian lagi mengatakan untuk merubah nasib di masa depan, dan lain sebagainya.

Satu lagi pertanyaan, apa yang Anda sudah peroleh dari kuliah dan apa yang akan Anda lakukan setelah kuliah? Jawabannya bermacam-macam. Coba Anda renungkan dalam-dalam dari mulai masuk kuliah sampai sekarang, ilmu apa yang sudah Anda peroleh dari bangku kuliah, dan apa implementasi yang sudah Anda lakukan? Mendengar pertanyaan ini mungkin Anda juga bingung untuk menjawabnya. Mungkin saya akan sedikit memberi gambaran kepada Anda tentang pola pikir Anda selama ini tentang kuliah. Apakah setelah Anda kuliah, Anda sudah bisa menciptakan sesuatu? Misalnya Anda kuliah di Jurusan Teknik Informatika, apakah Anda sudah mampu menciptakan sebuah program aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak atau minimal untuk Anda sendiri? Apakah diri Anda sekarang sudah bermanfaat untuk keluarga atau masyarakat di sekitar Anda? Dengan ilmu pengetahuan yang Anda sudah dapatkan itu sudahkah berguna dan dapat dimanfaatkan hasilnya oleh orang lain?

Kuliah bukan sekedar demi selembar kertas, tetapi lebih dari itu, pengakuan saja tidak cukup bahwa Anda seorang Sarjana dibidang tertentu, tetapi Anda tak mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah Anda kuasai untuk orang lain.

Kesibukan bekerja dengan jadwal kuliah telah menyita waktu istirahat Anda selama beberapa tahun. Tetapi itulah resiko yang harus Anda terima sebagai seorang mahasiswa. Dengan keterbatasan waktu yang ada kuliah hanya menjadi transpormasi ilmu dari dosen ke mahasiswa yang secara terus menerus di supllay, namun belum mampu untuk dipalikasikan ke dunia nyata. Kuliah hanya penyampaian teori, prakteknya Anda sendiri sebagai mahasiswa untuk mengembangkannya ke dunia nyata (pen. diskusi penulis dengan Pak Irwan). Tak heran jika Anda bingung setelah kuliah dan mendapatkan selembar kertas kalau ujung-ujungnya menjadi kuli.

Seorang karyawan tetap perusahaan swasta yang kuliah berkata "kalau saya sekarang sudah menjadi karyawan tetap disebuah perusahaan swasta dan tujuan saya kuliah adalah hanya mendapatkan gelar Sarjana".  Inilah jawaban orang yang pintar. Boleh-boleh saja Anda mengatakan demikian dengan senangnya Anda akan disebut Sarjana A. Beberapa tahun kemudian perusahaan Anda pailit dengan sangat terpaksa Anda di PHK. Andapun senang, karena sudah memiliki selembar kertas bertuliskan Sarjana A. Tak heran kalau orang dengan karakter seperti ini hanya menjadi kuli karena hidupnya selalu bergantung pada selembar kertas.

Seorang pedagang sayur yang kuliah berkata "kalau saya sekarang jadi tukang sayur di sebuah pasar dan tujuan saya kuliah agar sayur yang saya jual dapat dipasarkan sampai luar negeri". Inilah jawaban orang cerdas. Dan Ia tidak tergantung pada selembar kertas tetapi memanfaatkan  selembar kertas menjadi sumber pengetahuan agar dapat dimanfaatkan untuk kehidupannya dimasa depan. Ilmu yang telah didapatkannya di bangku kuliah tidak semata-mata untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah memiliki lebel seorang Sarjana A, namun demikian kearipan dan kesederhanaannya menjadi tukang sayur mampu menciptakan pemikiran yang dahsyat.

Dahulu kala ada opini yang mengatakan "orang Indonesia belum mampu membuat jarum, sedangkan orang Amerika sudah dapat terbang ke bulan". Sekarang orang Indonesia sudah mampu merakit komputer sementara orang luar negeri sudah bisa membuat robot seperti manusia. Kenapa kita selalu tertinggal dalam hal teknologi ketimbang orang luar negeri, apa yang kurang dari kita? Mereka makan nasi kita juga makan nasi, mereka makan roti kita juga makan roti. Padahal kita kuliah dibidang Teknologi Informatika.

Apakah karena bangsa Indonesia dijajah selama lebih kurang 340 tahun lamanya sehingga menjadikan kita selalu tertinggal jauh dari bangsa lain. Atau karena kebijakan pemerintah yang tidak mendukung  kaum terpelajar untuk mengadakan penelitian di bidang Science dan apakah diri kita yang selama ini salah melangkah?

Mungkin penulis sedikit mengambil contoh dari jatuhnya Bom atom di Hirosima dan Nagasaki - Jepang pada Agustus Tahun 1945 oleh tentara Sekutu sehingga meluluh lantahkan kehidupan di kota tersebut dan diakhiri dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Tetapi Jepang dapat bangkit kembali dengan kekuatan yang ada dan sekarang setelah 66 tahun berlalu Jepang menjadi negara maju dengan aneka ragam industri dibidang otomotif. Dilanjutkan dengan Cina sebagai negara perdagangan yang menembus pasar Indonesia. Kini giliran Indonesia sebagai negara agraris yang kaya dengan sumber hasil bumi, tetapi belakangan ini kenapa beras diimpor dari Vietnam, cabai juga diimpor dari Thailand? Aneh ya Indonesia.

Sekarang kita kembali kepokok pembahasan. Saya akan ajak Anda merenung dan berpikir sejenak dari hiruk pikuknya dunia Industri dan perdagangan, kembali kepada selembar kertas. Berjam-jam Anda mendengarkan dosen memaparkan teori, bahkan sampai lebih dari 3 tahun Anda belajar. Mengerjakan tugas, menyiapkan contekan untuk ujian, sampai-sampai Anda belajar larut malam karena besok akan Ujian Akhir Semester. Apakah Anda puas dengan nilai yang sudah Anda dapatkan dan apakah Anda puas sudah mendapatkan selembar kertas itu. "Ya saya sudah puas dengan nilai yang sudah saya dapatkan dan sekarang nama saya sudah ada gelarnya, saya senang dan bangga menjadi Sarjana". Bolehkan saya bertanya untuk yang ketiga kalinya? Apakah selembar kertas yang sudah Anda dapatkan itu dapat dijual ? Dan berapa harganya?   Selembar kerta itu mahal harganya.

Selembar kerta itu memang mahal perlu mengeluarkan banyak uang untuk biaya masuk, untuk biaya SPP dan biaya lainnya. Sekarang apa sih yang tidak mahal, ke WC saja mahal. Kalo memang selembar kerta itu mahal harganya, coba saja Anda jual ketukang gorengan, berapa sih harganya untuk selembar kerta itu? Setumpuk lembaran kertas paling-paling dihargai 2 ribuan. Masya Allah....

Wahai Saudara, bukan selembar kertas yang dapat menghentikan impor beras dari Vietnam, bukan pula selembar kertas yang dapat menghentikan luapan lumpur lapindo, bukan selembar kertas yang mampu mengehentikan rasa lapar orang-orang miskin, bukan selembar kertas yang mampu menghentikan terjangan lahar dingin Gunung Merapi di Magelang. Bukan itu Saudara...

Tunjukkan pada dunia ini wahai Saudara, angkat tangan  Anda dengan menunjukkan jari telunjuk dan buktikan pada dunia bahwa Anda bisa seperti mereka (orang-orang Jepang dan Amerika), buktikan wahai Saudara bahwa bangsa kita mampu membuat jarum, kita bukan bangsa yang hina yang hanya mampu mengimpor TKW ke luar negeri karena bangsanya tak mampu memberikan harapan untuk berusaha dan mencari nafkah. Cukup sudah penderitaan rakyat Indonesia sampai disini. Kini sudah saatnya kita sebagai mahasiswa merubah paradigma berpikir yang logis dan ilmiah bukan sekedar berangan-angan dan mimpi disiang bolong.

Sedih rasanya jika kita berkata kuliah hanya ingin mendapatkan selembar kertas, jangan Anda mengaku Mahasiswa wahai Saudara kalau hanya ingin mendapatkan selembar kertas. Tetapi katakan wahai Saudara, Anda kuliah untuk merubah diri Anda, merubah kebiasaan buruk Anda, merubah kebodohan Anda, merubah perilaku Anda, merubah setiap gerak dan langkah Anda.

Betapa bahagianya orang tua Anda bila melihat anaknya memiliki kemampuan (skill) menciptakan mesin pemotong padi sehingga pekerjaan orang tuanya menjadi lebih ringan. Betapa senangnya orang - orang miskin wahai Saudara apabila Anda menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka dengan keilmuan yang Anda dapatkan sehingga Anda menjadi orang yang bermanfaat. "Sebaik-baik orang adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain".
print this page | Facebook | Twitter | Blogger